❌✔ TIDAK SEMBARANG ORANG MEMBUKA PINTU ALJARH WA TA'DIL, HANYA AALIM YANG WAROO DAN TAKUT KEPADA ALLOH YANG BOLEH MELAKUKANNYA.KARENA TENDENSINYA IBADAH SEBAGAI NASIHAT DAN TAGYIIRUL MUNKAR ‼❗

Desember 16, 2019
════════════════════
      🔰 FAKULTAS MANHAJ 🔰
      ‎  SOAL JAWAB No. 30
════════════════════


❌✔ TIDAK SEMBARANG ORANG MEMBUKA PINTU ALJARH WA TA'DIL, HANYA AALIM  YANG WAROO DAN TAKUT KEPADA ALLOH YANG BOLEH MELAKUKANNYA.KARENA TENDENSINYA IBADAH SEBAGAI NASIHAT DAN TAGYIIRUL MUNKAR ‼❗


🔓 Pertanyaan :

Assalaamu'alaikum
Begini ustadz, di dalam manhaj ahlu sunnah ada syariat : الرد على المخالف atau tahdzir. Nah pertanyaan ana, apakah tahdzir ini dalam pelaksanaannya ada marhalah dan martabatnya? Yakni memang harus dilakukan oleh ulama, bukan dilakukan secara serampangan oleh thullaab dan orang umum?. Jazaakallahu khoiron ustadz.


✔💺 Ustadz Saeed Al-Bandunjie :

Walaikumsalam warahmatullah wabarakatuh...

Ilmu jarh wa ta'dil merupakan ilmu yang sangat penting dan ampuh untuk menghancurkan ahlu bid'ah dan dholaal yang menyeru kepada kebidahannya.
Dengan ilmu jarh wa ta'dil ini maka akan tersingkap tabir kesesatan ahlu bid'ah atau terkuak hakikat perowi hadits yang rusak hapalannya atau bahkan pendusta/pemalsu hadits.

Maka ilmu ini masuk kepada nasihat bagi kaum muslimin. Sesuai hadits Tamim bin Aus Ad-Daari di Shohih Muslim :

عن تَميمٍ ابن أَوْسٍ الدَّاري رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «الدِّينُ النَّصِيحَةُ»، قُلْنَا: لِمَنْ؟ قَالَ: «لِلهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ

Berkata Nabi ﷺ, "agama ini adalah nasihat". Kami pun bertanya, "untuk siapa?". Beliau menjawab, "untuk Alloh dan kitabnya dan rosulnya dan imaam (pemerintah) kaum muslimin dan awam (rakyat) dari kaum muslimin."

Dan di Shohihain dari Jarir bin Abdillah :

جرير بن عبد الله البجلي رضي الله عنه قال: "بَايَعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى إِقَامِ الصَّلَاةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وَالنُّصْحِ لِكُلِّ مُسْلِمٍ"

Berkata aku membaiat  Nabi Muhammad ﷺ atas sholat yang lima waktu dan membayar zakat dan memberikan nasihat kepada kaum muslimin.

Namun perlu hati-hati dengan ilmu jarh wa ta'dil ini karena bahan dasarnya adalah mendiskreditkan reputasi kaum muslimin yang pada dasarnya harom untuk dighibahi.

Seperti di Shohihain dari Abu Hurairoh :

عن أبي ھريرة رضي لله عنه أنه سمع رسول لله صلى لله عليه وسلم يقول: (( إن العبد ليتكلم بالكلمة ، ما يتبين فيها يزل بها في النار أبعد مما بين المشرق

Bersabda Nabi Muhammad ﷺ : sesungguhnya seorang hamba yang berbicara dengan suatu kalimat yang belum jelas baginya menjerumuskannya ke dalam api neraka  lebih dalam antara Timur dan Barat.

وقال ابن دقيق العيد رحمه لله: (( أعراض المسلمین حفرة من حفر النار ، وقف على شفيرھا طائفتان من المسلمين ، المحدثون ، والحكام )) اھ [مقدمة ابن صلاح 194].

Berkata Ibn Daqiqil Ied : pendiskreditan reputasi kaum muslimin adalah lubang dari lubang-lubang api neraka. Maka berdiri di lembahnya yang dalam 2 golongan dari kaum muslimin: muhaditsun yang melaksanakan jarh wa ta'dil dan para hakim di pengadilan. (Muqodimah Ibn Sholah hal. 194)

Maka agar tidak jatuh dalam ilmu ini kepada kesengsaraan Neraka maka haruslah yang mengibarkan bendera jarh wa ta'dil itu adalah orang-orang yang takut kepada Alloh. Dan ahlu ilmi yang mengetahui hakikat orang-orang sesat dari ahlu bid'ah yang pantas dijauhkan dari umat atau berbicara jarh wa ta'dil untuk kemaslahatan Islam dan muslimin agar terselamatkan manusia dari kebid'ahannya.

قال الشيخ مقبل رحمه الله تعالى: ومن الذي يقوم بالجرح والتعديل؟ إنه العالم البصير الذي يخاف الله وليس كل أحد يتصدر للجرح والتعديل.. غارة الأشرطة 1/73

Berkata syaikh kami Muqbil Alwadi'i rohimahulloh : maka siapa yang menyibukkan dirinya dengan al jarh wa ta'dil : maka dia itu orang yg alim yang mempunyai bashiroh yang takut kepada Alloh. Maka tidak setiap orang membawa bendera jarh wa ta'dil.  (Ghorotul Asyrithoh 1/173)

Imaam Syubah bin al-Hajjaaj adalah seorang aalim muhadits yang tugasnya memeriksa rijaal-rijaal perowi hadits. Dia menyebutkan keburukan-keburukan perowi hadits dan berghibah untuk tujuan nasihat dan beribadah kepada Alloh.

 قال أبو زيد الأنصاري النحوي: «أتينا شعبة يوم مطر، فقال: ليس هذا يوم حديث، اليوم يوم غيبة، تعالوا حتى نغتاب الكذّابين

Berkata Abu Zaid al-Anshori an-Nahwi : aku mendatangi Syubah di hari-hari hujan maka berkata Syubah, hari ini bukan hari periwayatan hadits tapi hari ini hari ghibah. Maka marilah kita berghibah. Kita ghibahi para pendusta pemalsu hadits. (Siyaar a Alaamunnubalaa)

Adapun bagi tholabul ilmi yang belum mengetahui ilmu2 yang urgen seperti tauhid dan ahkaam dan tidak mengetahui hakikat dari ushul i'itiqod ahlusunnah dan manhaj dakwah salafiyah dan tidak mengetahui keadaan para mubtadiah dan duaat suu (dai yg buruk yang mengajak kepada kesesatan) agar tidak disibukkan untuk takalluf membawa bendera jarh wa ta'dil, padahal belum pantas untuk dirinya berkecimpung dalam perkara ini.

قال الشيخ مقبل رحمه الله تعالى: لا تشغل نفسك بالردود عليهم - يعني أهل البدع- فأنت طالب تحتاج إلى التزود من العلم وإذا شغلت نفسك بهذا تنشغل عن حفظ القرآن وعن تحصيل العلم النافع فلا تشغل نفسك بهذا وأقبل إقبالاً كلياً على تحصيل العلم النافع .../ غارة الأشرطة 1/730

Berkata syeikh kami Alwadi'i rohimahulloh : janganlah engkau menyibukkan diri dengan membantah ahlu bid'ah. Dan kamu seorang penuntut ilmu yang butuh kepada bekal-bekal dari ilmu. Maka jika kamu sibukkan dengan jarh wa ta'dil akan tersibukkan waktumu dari menghapal Al-Qur'an dan pengambilan ilmu nafi. Maka jangan disibukkan padanya bahkan sibukkan waktumu untuk mendapatkan ilmu nafi (Ghorotul Asyrithoh 1/730)

Awas, ucapan syeikh di sini jangan dipahami seperti ucapan duaat yg ingin mementahkan jarh wa ta'dil ketika para masyaikh kibaar menjarh dai yang cacat manhajnya atau aqidahnya.

Sehingga bukanlah makna ucapan asssyeikh seperti yang biasa diucapan para asatidzah saat tersebar celaan masyaikh kibaar seperti Syeikh Rabie berbicara atas kesalahan Abul Hasan, al-Hajuri dan Dzulqornain al-Makassari. Kemudian ingin membendung ucapan tersebut di ponpes atau di halaqohnya sembari berkata, "jangan disibukkan diri dengan fitnah. Belajar...ayo sibukkan belajar, jangan sibuk dengan fitnah. (bukan itu yang diinginkan assyeikh).

Yang dia inginkan bahwa jarh wa ta'dil yang merupakan nasihat bagi kaum muslimin itu adalah fardhu kifayah. Bagi mereka yang ilmunya mumpuni mengetahui syubhat-syubhat ahlul bid’ah, seperti syeikh kami, -Muqbil Alwadi'i-, yang berbicara sangat keras kepada Abdul Majid az-Zindani, seorang dai politik pemimpin partai Ishlah di Yaman yang mengajak kepada demokrasi. Dan mencela dan mencerca yayasan hizbiyah Jamiyah Hikmah di Shonaa yang diketuai oleh bekas muridnya Abdul Majid ar-Roimi. Dan mencela Abdurrohman Abdul Kholik dengan yayasan hizbiyah-nya Ihyaaatsturoots dan bahkan mencela kasar kepada Yusuf al-Qordhowi di kasetnya yang berjudul: Menyumpal lolongan anjing Yusuf bin Abdillah al-Qordhowi. Dan selalu berdoa: al-Qordhowi qorodollohu lisanahu yang artinya al-Qordhowi semoga Alloh menggunting lisannya.

Maka tidaklah syeikh kami menyibukkan kepada perkara al jarh wa ta'dil kecuali  menghidupkan amr maruf dan nahyi anil munkar dan menegakkan nasihat.
Seperti firman Alloh :

وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (104)

 "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. ('Āli `Imrān) : 104.

Dan dulu Imaam Ahmad berbicara lantang di atas sunnah dan mencela para mubtadiah karena nasihat kepada ummat.

قال محمد بن بندار السباك الجرجاني : قلت لأحمد بن حنبل : إنه ليشتد عليَّ أن أقول : فلانٌ ضعيفٌ، فلانٌ كذابٌ ؟

قال أحمد : (( إذا سكتَّ أنت، وسكتُّ أنا، فمتى يعرف الجاهل الصحيح من السَّقيم ))

"Berkata Muhammad bin Bandaar al-Jurjaani kepada Imaam Ahmad, 'Aku merasa susah untuk mengatakan fulaan dhoif fulaan kadzaab'. Berkata Ahmad: 'jika kamu diam dan aku diam (padahal mengetahui keadaan tentang keburukan orang tersebut), maka kapanlah orang-orang jahil akan mengetahui hadits-hadits shohih dari yang dhoif'".(syarh ilal at-tirmidzi).

♻ Kesimpulan:

Masalah jarh wa ta'dil adalah nasihat dan tagyiirul munkar yang dibutuhkan oleh kaum muslimin.

Maka jika seseorang adalah thulabul ilmu yang sudah mampu mengetahui al-haq dan bathil, mempunyai sifat inshof dan waro dan mengetahui kesesatan dai yang ada di sekitarnya dari perkara yang dhohir bahwa duaat tersebut mengajak kepada bid'ah dhohiroh seperti ar-Rofidhoh atau as-Sufiyah atau al-khowarij (ISIS), sementara para asatidzah yang ada di sekitarnya tidak ada yang berbicara, maka dia harus mulai memikirkan memberi nasihat kepada ummat. Baik dia menanyakan kepada para ulama tentang keadaan duaat tersebut. Sehingga jika jatuh tahdzir dari ulama dia sebarkan atas nama ulama atau jika perkaranya sangat urgen dan jelas dan dia sangat berilmu terhadap keadaan dai yang salah tersebut maka harus bagi dia untuk berbicara dan tidak boleh diam. Kecuali memang dia thulabul ilmi baru yang belum banyak mengenal tentang aqidah dan manhaj dan pelaku kebid'ahan yang bersangkutan.

ليس من منهج السلف السكوت عن أهل البدع الداعين إليها مراعاة لبعض المصالح؛ وذلك لأن انتشار البدع في المجتمعات يفسد أهلها، ولا شك أن درء المفاسد مقدم على جلب المصالح، كما لا يجوز السكوت عن ذكر المبتدع بما فيه؛ لأنَّ السكوت عنه يسبب ضرراً على المجتمع، فلا بدّ من ذكره ببدعته، ولا بدّ من التحذير منه؛ نصيحة للمسلمين، وكل ذلك عند القدرة على البيان حسَّاً ومعنى

Berkata Syeikh Zaid al-Madkholi di soal 38 : saat ditanya tentang diamnya sebagian duaat sunnah dari kebid'ahan karena maslahat dakwah.
Maka berkata al-alaamah Zaid al-Madkholi : bukan dari manhaj salaf diam terhadap ahlu bid'ah yang mengajak kepada kebi'dahannya untuk tujuan maslahatnya. Karena menyebarnya kebid'ahan akan membuat keburukan pada orang-orang sekitarnya. Maka seperti tidak diragukan lagi kaidah : menjauhi keburukan lebih baik dari mengambil faidah yang ada.
Seperti tidak bolehnya diam dari pelaku kebid'ahan, karena dengan diamnya menyebkan keburukan kepada masyarakat.
Maka haruslah disebutkan kebi'dahannya dan dijauhkan muslimin darinya. Sebagai nasihat bagi kaum muslimin. Maka yang demikian ini kembali kepada kemampuan dalam menegakkan nasihat tersebut.

Begitu pula Syeikh Muhammad bin Hadi al-Madkholi saat ditanyakan padanya tentang pengajar yang diam dari ahlu bid'ah maka beliau menjawab :
"jika pengajar (tholabul ilmi) ini tidak mengetahui keadaan mereka atau menganggap dirinya belum waktunya untuk berbicara atas mereka. Maka itu perkara yang baik bahwa dia tidak berbicara dari perkara yang tidak diketahuinya. Dengan rujuk kepada para ulama. Namun jika dia faham tentang keadaannya tapi sengaja tidak mau berbicara dan tidak mau menjauhkan manusia dari padanya (dengan memberikan nasihat) maka dialah orang yang sesat dan keburukan padanya.

إذا كان لا يعلم حالهم ، أو لا يرى نفسه أهلاً للكلام فيهم، فهذا شيء طيب أنه لا يتكلم فيما لا يعلم، مع الرجوع للعلماء
وأما إذا كان يعلم حالهم، لكنه لا يتكلَّم فيهم، ولا يحذر منهم، فهذا هو الضلال، والشر فيه)

#Manhaj #jahrwata'dil #Nasehat #ulamakibaar
والله أعلم

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »