🍃 *Wahai Mukminin Ingatlah Allah Dan Pelajarilah Al-Quran

September 15, 2018 Add Comment


🍃 *WAHAI ORANG YANG BERIMAN SUDAH SAATNYA SEKARANG UNTUK MENGINGAT ALLOH DAN MEMPELAJARI FIRMAN ALLAH ( AL-QUR'AN)*

Sebelum Tiba Masa akan ditinggalkan Alquran dan ALQURAN akan diambil oleh Allah. Alhamdulillah washshalatu wassalamu ‘ala rasulillah wa ‘ala aalihi washahbihi wa man tabi’ahum bi ihsanin ilaa yaumiddin, amma ba’du Allah Ta'ala berfirman:
 أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ 
لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ 
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik” (Al-Hadid: 16)

 PENJELASAN ULAMA AHLI TAFSIR :
 ✅ Menurut salah seorang ulama ahli tafsir Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah beliau telah mengatakan: “Apakah belum datang waktunya bagi kaum mukminin untuk tunduk hatinya dalam berdzikir kepada Allah” yakni hatinya lunak disaat mengingat Al-Qur’an, disaat dinasehatkan dan disaat mendengarkan Al-Qur’an lalu dia akan memahaminya, tunduk, mendengar dan patuh terhadap firman Allah.
 ✅ Dan telah disebutkan dalam riwayat yang shahih, dikeluarkan oleh Imam Muslim:
 عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ z قَالَ مَا كَانَ بَيْنَ إِسْلاَمِنَا وَبَيْنَ أَنْ عَاتَبَنَا اللَّهُ بِهَذِهِ الآيَةِ "أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ" إِلاَّ أَرْبَعُ سِنِينَ 
 Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu telah berkata: “Tidaklah jarak masa diantara keislaman kami dengan teguran Allah terhadap kami dengan ayat: “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah…..” kecuali masa setelah 4 tahun lamanya. Keterangan shahabat diatas menunjukan bahwa mereka para shahabat itu telah diingatkan dan ditegur oleh Allah setelah berislam selama empat tahun lamanya untuk kembali dalam mengingat Allah dan untuk tunduk terhadap kebenaraan yang telah diturunkan-Nya, maka jika keadaan shahabat dengan berbagai macam keutamaan yang diperolehnya, dan mereka adalah orang yang selalu bersama dengan Rasulullah `,, dan mereka adalah orang yang mengerti tentang bahasa Al-Qur’an masih juga tetap mendapat teguran dari Allah, *lalu bagaimana dengan keadaan kita kaum muslimin yang sangat jauh dalam meraih keutamaan jika dibandingkan dengan keadaan mereka ?!!, terlebih dengan keadaan kita yang tidak mengerti tentang bahasa Al-Qur’an, dan ditambah dengan keadaan kita yang sering melalaikan Al-Qur’an, maka sangatlah pantas untuk kita mendapat nasehat dan teguran dari ayat diatas* !!

 ✅ Disebutkan dalam suatu kisah salah seorang ulama besar dimasa jahilnya, yaitu Fudhail bin Iyadh, lalu dia bertaubat kepada Allah dengan sebab teringat dengan ayat Allah diatas, sebagaimana yang telah disebutkan oleh Adz-Dzahabi dalam Siyar A’lamin Nubala, dari jalan Al-Fadhl bin Musa berkata: “Bahwa Fudhail bin Iyadh dulunya adalah seorang perampok (penyamun), dia pernah melakukan perampokan ditengah jalan yang terletak diantara tempat Abu Warda dan Sirjis. Dan sebab taubatnya beliau adalah bahwa dia pernah merindukan seorang wanita, disaat itu beliau sedang menaiki dinding rumah seorang wanita tersebut untuk melihat wanita itu, tiba-tiba dia mendengar seseorang membaca Al-Qur’an yang berbunyi:
 أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ 
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka)” (Al-Hadid: 16)
 Maka tatkala beliau mendengar ayat tersebut beliau berkata: “Na’am ya Rabbku (Ya Tuhanku), telah tiba saatnya sekarang”, lalu beliau kembali dan berlindung diwaktu malam disebuah reruntuhan bangunan, maka tiba-tiba disaat itu ada sekelompok orang yang akan melewati tempat tersebut, sebagian diantara mereka berkata: “Kita lanjutkan saja perjalanan kita”, sebagian yang lain berkata: “Kita tunggu sampai pagi karena Fudhail akan merampok kita ditengah jalan”. Dia berkata: “Lalu aku berfikir dan aku katakan pada diriku sendiri: “Aku selalu berusaha diwaktu malam untuk melakukan kemaksiatan, sementara sebagian masyarakat muslim disini takut kepadaku, maka tidaklah yang diperlihatkan oleh Allah kepadaku untuk terdorong melakukan sesuatu terhadap diri mereka melainan agar aku berhenti (dari kemaksiatan)”, lalu beliau berdoa

: اللَّهُمَّ إِنِّيْ قَدْ تُبْتُ إِلَيْكَ، وَجَعَلْتُ تَوْبَتِي مُجَاوَرَةَ البَيْتِ الحَرَامِ 
 “Ya Allah, sesungguhnya aku bertaubat kepada-Mu dan aku akan jadikan taubatku ini untuk selalu mendekat ibadah kepada-Mu di Masjidil Harom” Dari kisah Fudhail diatas bisa diambil faedah yang besar, yaitu tentang pentingnya memahami Al-Qur’an sehingga dengan hal ini akan memberikan pengaruh baik pada hatinya

✅ Oleh sebab itu Allah Ta'la memerintahkan untuk memperhatikan makna yang terkandung dalam Al-Qur’an, sebagaimana yang telah disebutkan dalam firman-Nya:
 كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الأَلْبَابِ 
 “Suatu kitab yang telah diturunkannya kepadamu yang diberkahi agar mereka dapat memahami ayat-ayat-Nya dan agar orang yang memiliki akal dapat mengambil pelajaran” (Shad: 29)
 Imam Al-Hasan Al-Bashri telah berkata: “Demi Allah, bukanlah memperhatikan Al-Qur’an itu dengan menghafal huruf-hurufnya sementara batasan syariat–Nya telah disia-siakan dan diabaikan, sampai ada salah seorang diantara mereka berkata aku telah membaca Al-Qur’an semuanya tapi tidak terlihat dalam Al-Qur’an yang berbicara masalah akhlak dan tidak ada beramal”. 

 ✅ Allah Ta’ala telah menjelaskan tentang orang yang benar dalam keimanannya terhadap kitab yang diturunkan, bahwa mereka adalah orang yang sampai padanya Al-Kitab kemudian dikaji dengan sesungguhnya, sebagaimana firman Allah Ta’ala: 
 الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلاوَتِهِ أُولَئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ 
 “Dan orang–orang yang pernah Kami berikan kitab kepada mereka lalu mereka membaca (tilawah) dengan sebenarnya maka mereka itu orang yang mengimaninya” (Al-Baqarah: 121)

 Imam Syaukani berkata bahwa yang dimaksud dengan membaca (tilawah) itu adalah dengan mengamalkannya, dan seseorang tidak bisa beramal kecuali dengan memperhatikan makna yang terkandung di dalamnya.

 ✅ Allah Ta'ala mencela orang yang tidak mau memperhatikan makna yang terkandung dalam Al-Qur’an dan hanya mencukupkan dengan mambaca huruf-hurufnya saja tanpa memahami maknanya, sebagaimana firman Allah Ta’ala: 
 وَمِنْهُمْ أُمِّيُّونَ لا يَعْلَمُونَ الْكِتَابَ إِلا أَمَانِيَّ وَإِنْ هُمْ إِلا يَظُنُّونَ
 “Dan diantara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al-Kitab, kecuali sekedar amaniyah (dibaca saja) dan mereka hanya menduga-duga” (Al-Baqarah: 78) 
 Imam Asy-Syaukani berkata: “Al-Amaniyah ada yang berpendapat bahwa artinya adalah tilawah (bacaan semata), yaitu: tidak ada ilmu bagi mereka kecuali semata-mata bacaan tanpa pemahaman dan perhatian” 

✅ Allah Ta'la berfirman: وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا “Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur’an itu sesuatu yang ditinggalkan" (Al-Furqan: 30) Ibnu Katsir berkata: “Bahwa sikap tidak mau memperhatikan Al-Qur’an dan tidak pula memahaminya, maka ini yang dimaksud dengan Al-Qur’an itu mahjur (ditinggalkan)”. 

 Imam Ibnul Qayyim telah berkata dalam kitab Fawa’idutafsir: 
 “Ada beberapa bentuk ditinggalkannya Al-Qur’an: 
 1⃣ Hajr (meninggalkan Al-Qur’an) dengan tidak mau mendengar dan mengimaninya, dan tidak mau memperhatikannya. 
 2⃣ Hajr dengan tidak ada pengamalan dan tidak ada pijakan pada batasan ketentuan syariat yang halal dan yang haram meskipun dia membaca dan mengimaninya. 
 3⃣ Hajr dengan tidak mau berhukum dengan hukum Allah, baik dalam perkara dasar pokok agama atau cabang-cabangnya, dan keyakinannya belum memberi faedah yang maksimal, dan dalil-dalil yang sekedar dilafadzkan saja tidak menghasilkan ilmu. 
 4⃣ Hajr dengan dia telah meninggalkan pemahaman dan pengkajian makna yang diinginkan oleh Allah yang berfirman. 
 5⃣ Hajr dengan tidak mau mencari kesembuhan dan pengobatan untuk segala macam penyakit hati dengan Al-Qur’an. 

 ✅ Jadi orang yang telah meninggalkan Al-Qur’an adalah orang yang sangat dicela oleh agama. Oleh sebab itu jika umat ini tidak lagi mau mengindahkan apa yang dinasehatkan oleh Allah dan Rasul-Nya maka pada suatu saat nanti Al-Qur’an akan diambil oleh Allah, sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadits: “Sungguh Al-Qur’an akan diambil ditengah-tengah kalian diwaktu malam hari, lalu akan hilang dari dada kalian dan tidak akan tertinggal sedikitpun dari ayatnya di dunia ini” (Dari Ibnu Mas’ud dan Hudzaifah secara marfu’ dalam riwayat Ibnu Majah, shahih menurut Al-Albani) Demikianlah yang bisa diuraikan oleh si penulis, sebenarnya penulis ingin membawakan beberapa kisah menarik tentang pengaruh Al-Qur’an dihati shahabat sebelum keislamannya dengan sebab mereka telah mengerti dan memahami makna Al-Qur’an, insya Allah dilain kesempatan akan kami bawakan. Mudah-mudahan apa yang bisa penulis tuangkan dalam risalah ini bisa bermanfaat, dengan harapan semoga kita dimudahkan oleh Allah untuk kembali kepada Al-Qur’an dengan mengkaji makna yang dikandungnya, dan semoga Allah tidak menggolongkan kita sebagai orang yang meninggalkan Al-Qur’an. Amin.. Wallahu a’lamu bish shawab 

وَ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلَّمَ ✏
 Penulis *Al Ustadz Abu Khuzaimah* 
 🌀 *WhatsApp Al-Istiqomah 'alas Sunnah Batam* 🇮🇩 *Channel Telegram* || http://telegram.me/istiqomahsalafi 
💎💎💎💎💎💎💎💎💎