Khutbah Juma'at 1

November 28, 2015 Add Comment

Setelah khutbatul hajah...

Ma’syarol muslimin –rahimakumullah-
Pertama-tama marilah kita panjatkan puja-puji dan syukur kita ke hadirat ALLAH –subhanhu wa ta’ala- yang telah mencurahkan kepada kita berbagai macam nikmat. Diantaranya nikmat Islam, Iman, Ihsan, dan nikmat sehat serta hidup berkecukupan dan berbagi macam nikmat lainnya yang tidak mungkin kita sanggup menghitungnya. Kemudian shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita nabi besar Muhammad bin ‘Abdillah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, keluargaNya, para sahabatNya, dan orang-orang yang senantiasa ittiba’ mengikuti sunnahNya hingga akhir zaman.

Ma’syarol muslimin –rahimakumullah-
Allah –subhanahu wa ta’alaa- berfirman: 
يا آيها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة وخلق منها زوجها و بث منهما رجالا كثيرا و نساء و اتقوا الله الذي تساءلون به و الأرحام إن الله كان عليكم رقيبا
“Wahai sekalian manusia, bertaqwalah kalian kepada robb kalian yang telah menciptakan kalian dari satu jiwa, kemudian Dia menciptakan dari jiwa tersebut pasangannya lalu dari keduanya Allah menjadikan manusia laki-laki dan wanita-wanita. Bertaqwalah kalian kepada Allah, dzat yang kalian meminta dengan menyebut namaNya serta jagalah hubungan kekerabatan. Sesungguhnya Allah selalu mengawasi kalian. [Q.S An-Nisaa’ : 1].
Dan nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- juga telah bersabda dalam sebuah hadits yang potongannya: 
استوصوا بالنساء خيرا
“Berwasiat baiklah kalian kepada para wanita” [H.R. Al-Bukhari dan Muslim].
Dalam hadits lain beliau juga bersabda:
ما تركت بعدي فتنة أضر على الرجال من النساء
“Tidaklah aku meninggalkan di sepeninggalku fitnah bagi laki-laki yang lebih membahayakan daripada fitnahnya wanita” [H.R. Al-Bukhari dan Muslim].

Ma’syarol muslimin –rahimakumullah-
Berangkat dari ayat dan hadits-hadits di atas, maka marilah kita sama-sama meningkatkan ketqwaan kita kepada Allah –subhanahu wa ta’ala- dalam perkara wanita/istri. Terapkanlah wasiat Allah kepada mereka, lindungilah mereka dengan menutupi dan menjaganya. Karena sesungguhnya Allah telah menjadikan kita sebagai penopang atau penguat bagi mereka. Sebab wanita adalah makhluq yang tidak sesempurna laki-laki. Mereka adalah makhluq yang tabi’atnya lemah, sehingga mereka butuh kepada penopang. Akal yang sehat akan menalar bahwasanya seorang yang kurang lagi lemah secara tabi’at haruslah berada di bawah seorang yang sempurna / kuat secara tabi’at. Sehingga orang yang kuat tersebut bisa menjadikan orang yang lemah tadi mendapatkan kemanfa’atan yang tidaklah orang yang lemah tersebut sanggup mendapatkannya jika seandainya dia sendiri. Begitu juga sebaliknya dalam hal menepis bahaya. Maka berdasarkan hal inilah Allah menetapkan bagi setiap dari laki-laki dan wanita pekerjaan yang layak bagi mereka. Allah memerintahkan laki-laki untuk mencari nafkah, juga untuk melakukan hal-hal yang dituntut oleh kehidupan sehingga wanita bisa terjaga dan hanya tinggal di rumah. Waktunya luang untuk mendidik anak-anaknya dan mengurus urusan rumahnya. Laki-laki bekerja di luar rumah dan wanita bekerja di dalam rumah. Sehinggga dengan seperti ini sempurnalah ta’awun / tolong menolong dalam  menjalani kehidupan diantara mereka berdua.

Ma’syarol muslimin –rahimakumullah-
Namun pada zaman sekarang, di tengah-tengah kita ada orang yang menyuarakan penyamaan antara laki-laki dan wanita atau disebut dengan emansipasi. Mereka menuntut agar wanita diberi kesamaan atau disejajarkan dengan barisan laki-laki dalam hal pekerjaan, karya, belajar dan lain sebagainya. Sehingga para wanita bisa duduk sejajar dengan laki-laki di kantor-kantor ataupun di toko-toko, mengadakan seminar-seminar dan konferensi-konferensi, dan bahkan sampai tingkat tampil di depan laki-laki ketika menyampaikan instrkusi-instruksi atau pengarahan-pengarahan. Kita juga melihat di banyak media berbagai macam seruan yang keluar dari mulut-mulut yang kotor berupaya untuk menghancurkan kehormatan wanita dan mengabaikan perintah Allah untuk menjaga dan melindungi wanita. Sesungguhnya seruan-seruan seperti ini hanyalan ingin menjadikan wanita muslimah menjadi seperti wanita-wanita kafir yang mana mereka keluar untuk bekerja bersama laki-laki yang bukan mahromnya dalam keadaan mereka tidak mengenakan penutup kepala, tersingkap tangannya bahkan terkadang tersingkap juga betisnya.

Ma’syarol muslimin –rahimakumullah-
Sesungguhnya Allah telah menjadikan setiap dari laki-laki dan wanita itu bagiannya sendiri-sendiri. Wanita dengan sifatnya yang lembut telah Allah tetapkan untuknya bagian tersendiri, bagian yang tidak bisa dilakukan oleh laki-laki yaitu hamil, melahirkan, menyusui, dan mendidik anak-anak, serta mengurus rumah seperti memasak, menyapu dan selainya. Pekerjaan-pekerjaan ini dilakukan di dalam rumah sehingga wanita tetap terjaga dan tertutup dari pandangan laki-laki yang bukan mahromnya, juga terlindungi kehormatan mereka. Dan pekerjaan-pekerjaan ini bukanlah pekerjaan yang sedikit dibandingkan pekerjaan laki-laki. Sebab jika seandainya wanita itu keluar rumah untuk bekerja bersama laki-laki, maka akan terbengkalailah pekerjaan-pekerjaan rumah ini. Disamping itu, bahwa di dalam tindakan keluarnya wanita dari rumah untuk bekerja terdapat bahaya-baahaya dan kerusakan-kerusakan. Sebab mereka akan menjadi sasaran pandang mata-mata yang berkhianat juga menjadi objek dari tangan-tangan yang kotor. Sehingga mereka akan menjadi santapannya orang-orang yang berhati rusak. Maka apakah seseorang rela jika saudarinya atau istrinya menjadi seperti ini??. Tidakkah cukup menjadi peringatan apa yang telah terjadi di tengah-tengah masyarakat yang kosong dari ilmu islam dimana para wanitanya keluar rumah dengan tabarruj lagi menampakkan tubuh-tubuh mereka, sedangkan laki-lakinya telah dicabut dari mereka sifat kelaki-lakian dan rasa cemburu. Sehingga jadilah mereka seperti sekelompok hewan.

Ma’syarol muslimin –rahimakumullah-
Sesungguhnya Allah adalah dzat yang menciptakan alam ini. Dia juga lah yang mengatur alam ini. Dan sungguh Allah telah membuat pagar yang bisa menjaga kaum muslimin dan memelihara kehormatan mereka. Maka Allah memerintahkan mereka untuk menundukkan pandangan mereka dari perkara-perkara yang tidak halal bagi mereka. Allah –subhanahu wa ta’ala- befirman:
قل للمؤمنين يغضوا من أبصارهم و يحفظوا فروجهم ذلك أزكى لهم إن الله خبير بما يصنعون
“Katakanlah (wahai Muhammad) kepada kaum mukminin: Hendaknya mereka itu menundukkan pandangan-pandangan mereka dan memelihara kemaluan-kemaluan mereka. Yang demikian itu lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang mereka perbuat” [Q.S. An-Nur : 30].
Namun di samping itu Allah juga memerintahkan kaum wanita nya untuk melakukan hal yang serupa. Allah berfirman:
و قل للمؤمنات يغضضن من أبصارهن و يحفظن فروجهن ............ولا يضربن بأرجلهن ليعلم ما يخفين من زينتهن
“Dan katakanlah (wahai Muhammad) kepada kaum mukminat: Hendaklah mereka menundukkan pandangan-pandangan mereka dan memelihara kemaluan-kemaluan mereka...........dan janganlah kalian menampakkan kaki-kaki kalian sehingga terlihatlah perhiasan yang kalian sembunyikan..” [Q.S. An-Nur : 31].
Pada ayat di atas Allah memerintahkan para wanita mukminah untuk tidak memperlihatkan perhiasan-perhiasan mereka. Tujuannya adalah agar tidak menggiring kepada hal-hal yang tidak diinginkan. Di lain ayat, masih dengan tujuan yang sama, Allah melarang wanita dari melembutkan suaranya kepada yang bukan mahromnya agar tidak memicu orang-orang yang berhati kotor. Allah –ta’ala- berfirman:
فلا تخضعن بالقول فيطمع الذي في قلبه مرض و قلن قولا معروفا
“Maka janganlah kalian (para wanita mukminah) melembut-lembutkan bicara sehingga orang-orang yang hatinya berpenykit memiliki keinginan kepadamu dan berkatalah dengan perkataan yang baik”. [Q.S. Al-Ahzab: 32].
Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- juga telah melarang wanita untuk bepergian tanpa adanya mahrom. Beliau bersabda:
لا يحل لمرأة تؤمن بالله و اليوم الأخر أن تسافر سفرا يكون ثلاثة أيام فصاعدا إلا ومعها أبوها أو ابنها أو زوجها أو أخوها أو ذو محرم منها
“Tidaklah boleh bagi wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk melakukan safar yang terjadi selama tiga hari atau lebih kecuali bersamanya itu bapaknya, atau anaknya, atau suaminya, atau saudaranya, atau mahrom darinya.” [H.R. Muslim].
Beliau juga melarang dari berdua-duanya laki-laki dengan wanita yang bukan mahromnya. Juga melarang dari tindakan wanita keluar dengan menampakkan perhiasan mereka. Hal ini semua menunjukkan betapa syari’at ini menjunjung tinggi martabat wanita, memuliakan mereka, dan menjadikan mereka sangat terjaga kesuciannya. Berbeda jauh dari apa yang disuarakan oleh mulut-mulut yang kotor yang hal tersebut akan menggiring wanita kepada kehinaan baik nampak maupun tersembunyi, disadari ataupun tidak.

Khutbah kedua.
Setelah khutbatul hajah...

Ma’syarol muslimin –rahimakumullah-
Agama islam adalah agama yang telah sempurna. Agama yang tidak lagi butuh penambahan ataupun pengurangan. Semuanya telah dijelaskan di dalam al-qur’an dan hadits. Baik al-qur’an maupun hadits, keduanya telah menjelaskan bahwa wanita adalah makhluq yang lemah dan kurang jika dibandingkan dengan laki-laki. Wanita membutuhkan penopang yang bisa menguatkannya. Lalu mengapa tiba-tiba datang orang-orang yang mengaku membela hak wanita mengatakan bahwa wanita pantas mendapatkan seperti yang didapatkan oleh laki-laki. Mengatakan bahwa wanita pantas mengerjakan pekerjaan laki-laki. Maka jawabannya adalah, mereka hanyalah ingin merusak wanita-wanita muslimah. Sehingga dari segi penampilan tidak lagi ada bedanya antara wanita muslimah dengan wanita kafir. Wal ‘iyadzu billah. Padahal kalau saja mereka mau merenungi apa yang mereka katakan, niscaya mereka akan menyadari bahwa yang mereka katakan adalah sesuatu yang keluar dari fitroh yang sehat.

Ma’syarol muslimin –rahimakumullah-
Jika saja ummat islam ini berpegang teguh dengan ajaran agamanya, maka pasti mereka akan mendapatkan kehidupan yang baik, masyarakat yang baik, dan kekeluargaan yang baik pula. Allah –subhanhu wa ta’ala- berfirman:
من عمل صالحا من ذكر أو أنثى وهو مؤمن فلنحيينه حياة طيبة ولنجزينهم أجرهم بأحسن ما كانوا يعملون
“Barang siapa yang mengerjakan amalan sholih baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan ia beriman, maka kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik. Dan sesungguhnya akan kami beri ia balasan yang lebih baik dari apa yang ia kerjakan”. [Q.S. An-Nahl : 97]