Apakah Anak Angkat Dapat Warisan

Februari 02, 2017
══════════════════
 🔰 FAKULTAS FIQH 🔰
        BAB WARISAN 
   SOAL JAWAB No. 136
══════════════════

Soal dari *Pak Norman Johor Baru Malaysia 🇲🇾*

🚫⚠️ *APAKAH ANAK ANGKAT BERHAK MENDAPATKAN WARISAN*❓❔

📩 🔊 *Pertanyaan :* 

Assalamu'alaikum Ustadz Sa'eed...
Barakallahu Fikum. Ana ikhwan Johor.
Perkenalan kita sewaktu di Rumah Pak Shahril dulu.
Ingin tanya, berkaitan pembahagian harta alfaraid (waris). 
Contoh anak angkat adakah ianya layak (mendapatkan warisan). Keluarga tiada anak jadi ambil anak angkat.
Mohon pencerahan ustadz. 
Waalaikumussalaam 


👆✍️ *Ustadz Saeed Albandunjie Abu Yaman As-Salafy* 🇮🇩

Agar banyak faidah, selain masalah hukum waris bagi anak angkat, akan kita bahas juga hukum menjadikan anak angkat dalam Islam. 

Hukum mengambil anak angkat, sangat baik didalam Islam bahkan pahalanya sangat besar di sisi Allah. Seperti disebutkan dalam hadits di Shohih al-Bukhori dari Sahl bin Saad :

عن سهل بن سعد، قال: رسول الله - صلَّى الله عليه وسلَّم -: أنا وكافل اليتيم في الجنة هكذا

Berkata Rasulullah ﷺ : _"aku dan pemelihara anak yatim di surga akan seperti dua jari ini." (jarak antara telunjuk dan jari tengah)_

Maka masuk kepada keumuman hadits ini adalah orang yang menjadikan anak yatim sebagai anak angkatnya. 

Namun, dalam agama Islam ada dua hal penting yang harus sangat diperhatikan dalam perkara mengangkat anak (adopsi) ini, yaitu :

1⃣ *Si anak tidak boleh dinasabkan kepada nasab bapak angkatnya* 
Misalnya, nama si bapak angkat adalah : Abdulloh al-Jailani. Nama anak angkatnya : Ahmad dan qobilahnya al-Jufri. 

❌Maka anak ini tidak boleh dipanggil *~Ahmad bin Abdulloh al-Jailani~*, ❌
tapi *harus atas nama dan qobilah bapak kandungnya.* 

Kalau bapaknya diketahui bernama Sholih, maka anak itu harus dipanggil dengan nama✔️  *Ahmad bin Sholih al-Jufri*✅

Adapun seperti kebanyakan anak angkat yang dijadikan anak dari rahim dan disebut dengan nama bapak kandungnya. Baik dipanggilan sehari hari atau 
di ktp / pasport. maka ini hukumnya ❎ *Harom*. 

Nabi ﷺ saat mengangkat Zaid jadi anak angkatnya dan memanggilnya dengan Zaid bin Muhammad, maka diturunkan ayat untuk menjelaskan perkara Zaid tersebut. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

وَمَا جَعَلَ أَدْعِيَاءَكُمْ أَبْنَاءَكُمْ ذَلِكُمْ قَوْلُكُمْ بِأَفْوَاهِكُمْ وَاللَّهُ يَقُولُ الْحَقَّ وَهُوَ يَهْدِي السَّبِيلَ

_“Dan Allah tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataanmu di mulutmu saja. Dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar).”_
📚 *(QS al-Ahzaab: 4)*.

Imam Ibnu Katsir berkata, _“Sesungguhnya ayat ini turun (untuk menjelaskan) keadaan Zaid bin Haritsah radhiyallahu ‘anhu, bekas budak Rasulullah ﷺ. Sebelum diangkat sebagai Nabi, Rasulullah ﷺ mengangkatnya sebagai anak, sampai-sampai dia dipanggil “Zaid bin Muhammad” (Zaid putranya Muhammad ﷺ), maka Allah Ta’ala ingin memutuskan pengangkatan anak ini dan penisbatannya (kepada selain ayah kandungnya) dalam ayat ini, sebagaimana juga firman-Nya di pertengahan surah al-Ahzaab,"_

مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا

_“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”_
📚 *(QS al-Ahzaab: 40)*

Sehingga dari ayat di atas diharomkan menisbahkan anak angkat kepada orang tua angkatnya , sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

ادْعُوهُمْ لِآَبَائِهِمْ هُوَ أَقْسَطُ عِنْدَ اللَّهِ فَإِنْ لَمْ تَعْلَمُوا آَبَاءَهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ وَمَوَالِيكُمْ وَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ فِيمَا أَخْطَأْتُمْ بِهِ وَلَكِنْ مَا تَعَمَّدَتْ قُلُوبُكُمْ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

_“Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak (kandung) mereka; itulah yang lebih adil di sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa bagimu terhadap apa yang kamu salah padanya, tetapi (yang ada dosanya adalah) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”_
📚 *(QS al-Ahzaab: 5)*

✔️ *Maka dari perkara di atas bahwa anak angkat TIDAK SAMA dengan anak kandung. Begitupun di ilmu waris.*

2⃣ Inilah perkara yang kedua : 
*Tidak ada jatah syar'i dari kedua orang tua angkat untuk anak pungut kecuali melalui wasiat.*

Dan jika dituliskan oleh orang tua angkatnya di surat wasiat, maka harus dipenuhi. Dan saudara-saudaranya harus rela atas pembagian untuk saudara angkatnya. 

«كُتِبَ عَلَيْكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ إِنْ تَرَكَ خَيْرًا الْوَصِيَّةُ لِلْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ بِالْمَعْرُوفِ حَقًّا عَلَى الْمُتَّقِينَ» سورة البقرة آية 180

_"Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma’ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa."_
📚  *(QS Al-Baqarah : 180)*

Adapun jatah pembagian :
⚠️ *_" tidak boleh lebih dari sepertiga.."_*

Seperti di hadits Sa'ad bin Abi Waqoosh di Shohih Muslim. 

Berkata Sa'ad yang sedang sakit kepada Nabi yang datang menziarohinya 

أنا ذو مال ولا يرثني إلا ابنة لي واحدة أفأتصدق بثلثي مالي قال لا قال قلت أفأتصدق بشطره قال لا الثلث والثلث كثير إنك أن تذر ورثتك أغنياء خير من أن تذرهم عالة يتكففون الناس.

_"Aku mempunyai harta yang banyak dan tidak ada yang mewarisiku kecuali satu anak perempuanku. Bolehkah aku bershodaqoh dengan 2/3 hartaku? (diwasiatkan). Berkata Nabi, tidak boleh. Kalau setengahnya?, tidak boleh juga. Kalau sepertiganya?. Sepertiga sangat banyak. Jika engkau meninggalkan warisan bagi ahli warismu, mendapatkan harta yang banyak lebih baik daripada kamu meninggalkan dia dalam keadaan faqir dan membutuhkan rasa kasihan dari manusia."_

⭕️ Maka lebih mendekati sunnah agar diberikan wasiat lebih kecil dari sepertiga seperti seperempat (1/4) atau seperlima (1/5) 

 عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: لَوْ غَضَّ النَّاسُ إِلَى الرُّبْعِ، لِأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «الثُّلُثُ وَالثُّلُثُ كَثِيرٌ أَوْ كَبِيرٌ

Seperti di hadits Ibn Abbaas yang muttafaqun alaih. 
_"Jika untuk pembagian wasiat shodaqoh diturunkan kepada seperempat lebih baik. Karena Nabi ﷺ telah bersabda : '1/3 banyak dan besar.'"_


والله أعلم

════ ❁✿❁ ════

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »