Kajian Tauhid Dan Realisasinya Dalam Hidup

Januari 14, 2019
📝  Tauhid dan korelasi kemudahan dalam memahaminya
-----------
Tauhid itu secara umum artinya,
إفراد الله سبحانه وتعالى بما يختص به
"Menunggalkan atau mengesakan Allah subhaanahu wa ta'ala, pada apa-apa yang merupakan kekhususan bagi Nya"
Baik itu yang merupakan kekhususan dalam masalah rububiyah Nya, uluhiyah Nya, atau nama nama dan sifat sifat Nya (asma wa sifat).
****
PERTAMA
Adapun ta'rif (definisi) dari tauhid dalam masalah rububiyah itu adalah,
إفراد الله تعالى بأفعاله
"Menunggalkan atau mengesakan Allah subhaanahu wa ta'ala, dalam masalah perbuatan-perbuatan Nya"
Seperti mengesakan Allah dalam masalah penciptaan Nya, bahwa Allah lah satu satunya yang menciptakan makhluq Nya.
Mengesakan Allah dalam masalah rizqi Nya, bahwa Allah lah satu satunya yang memberikan rizqi kepada makhluq Nya.
Mengesakan Allah dalam masalah kekuasaan Nya, bahwa Allah lah satu satunya yang maha berkuasa atas segala sesuatu.
Mengesakan Allah dalam masalah pengaturan Nya, menghidupkan dan mematikan Nya. Bahwa Allah lah satu satunya yang mengatur segala sesuatu. Satu satunya yang menghidupkan dan mematikan.
Dan lain sebagainya yang berkaitan dengan perbuatan perbuatan Allah.
Maka dari itulah disebut sebagai rububiyah. Karena rububiyah itu secara makna berarti mengatur, menciptakan, menguasai, memelihara, memiliki, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan perbuatan perbuatan Allah.
Rububiyah itu sendiri berasal dari kata "Rabb" yang berarti pengatur, penguasa, raja, yang memiliki, dan banyak lagi arti yang terkandung di dalam kata Rabb itu.
Sehingga secara mudahnya tauhid rububiyah itu diberi makna mengesakan Allah dalam segala macam perbuatannya. Karena perbuatan Allah itu banyak, dan terungkap dalam kata Rabb yang memiliki arti serta konsekuensi yang banyak juga.
***
KEDUA
Sekarang masalah tauhid dalam uluhiyah.
Ta'rif (definisi) dari tauhid dalam masalah rububiyah itu adalah,
إفراد الله تعالى بالعبادة
"Menunggalkan atau mengesakan Allah subhaanahu wa ta'ala, dalam masalah ibadah"
Bisa juga kita katakan, mengesakan Allah di dalam masalah haq Nya. Karena haq Allah itu adalah disembah dan diibadahi, setelah kita mengetahui rububiyah Allah, nama nama Nya, dan Sifat sifatnya yang tinggi lagi mulia.
Ini sebagaimana hadits Muadz berikut ini,
يَامُعَاذُ ، أَتَدْرِيْ مَا حَقُّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ ، وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللهِ ؟
قُلْتُ : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ ؛
قَالَ : حَقُّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوْهُ وَلَا يُشْرِكُوْا بِهِ شَيْئًا
وَحَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللهِ أَنْ لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا
Rasulullah shalalloohu alaihi wa sallam bersabda,
"Wahai Muadz, apakah engkau mengetahui apa hak Allah terhadap para hamba Nya dan para hamba Nya kepada Allah?
Aku (Muadz) menjawab,
"Allah dan Rasul Nya yang lebih mengetahui"
Rasulullah kemudian berkata,
"Hak Allah terhadap para hamba Nya itu adalah hendaklah Dia saja yang diibadahi, dan tidak disyirikkan (disekutukan) dengan segala sesuatu apapun dalam masalah ibadah itu.
Dan hak para hamba Nya kepada Allah adalah, Allah tidak akan mengadzab hamba Nya yang tidak mensyirikkan Nya dengan sesuatu apapun. "
[Hr. Bukhari Muslim]
Karena ibadah itu luas cakupannya, baik itu yang berupa ibadah hati (seperti tawakal, ikhlas, dll) dan ibadah badan (yang terlihat).
Ataupun ibadah khusus seperti wudhu, Sholat, doa, kurban, zakat, puasa, haji, dan semisal. Dan ibadah umum seperti berakhlak baik dan berbuat baik kepada orang lain demi mengharapkan pahala dari Allah.
Maka ada juga yang mendefinisikan tauhid uluhiyah ini dengan,
إفراد الله بأفعال العباد
"Menunggalkan atau mengesakan Allah dengan perbuatan perbuatan para hamba Nya"
Kira-kira sudah faham kan korelasi dan maksudnya?
Adapun uluhiyah itu sebenarnya berasal dari kata "ilah", yang artinya yang disembah. Uluhiyah ini sama artinya dengan Ubudiyah. Ubudiyah itu dari ibadah, artinya peribadahan.
Jadi ma'luh (yang disembah) itu sama dengan ma'bud (yang diibadahi). Tauhid Uluhiyah itu sama saja dengan Tauhid Ubudiyah, hanya beda penggunaan kata namun artinya sebenarnya sama.
Adapun kalimat thoyyibah atau kalimat tauhid "laa ilaaha illallooh" itu memang secara definisi lebih mengacu kepada hak Allah. Lebih mengacu kepada tauhid uluhiyah ini. Namun ini tidak berarti jenis Tauhid lainnya itu tidak penting lho.
Semuanya penting, saling berkorelasi, dan terintegrasi jadi satu. Hanya saja manusia kadang lebih sering tergelincir di dalam masalah haq Allah, peribadahan, dibandingkan tergelincir pada jenis tauhid yang lain.
Namun ini bukan berarti yang tergelincir pada jenis tauhid yang lain tidak ada lho. Ada juga dan banyak. Orang yang menganggap ada wali yang ikut mengatur alam semesta itu misalnya. Itu berarti dia sudah tergelincir di dalam tauhid rububiyah, dan dia sudah melakukan kesyirikan rububiyah juga.
Takut sama yang mbaurekso, bisa memberikan manfaat dan tolak bala. Ini juga syirik rububiyah.
Hanya saja orang yang mengakui bahwa Allah itu yang mencipta, mengatur, memberi rizki, tapi menyerahkan bentuk ibadah seperti doa, sajen, larung, puasa, kurban penyembelihan kepada selain Allah itu umumnya lebih banyak.
Dan orang orang yang mengalami penyimpangan tauhid rububiyah umumnya juga akan mengalami penyimpangan tauhid uluhiyah.
***
KETIGA
Sekarang masalah tauhid dalam masalah nama nama dan sifat sifat Allah, atau yang lebih sering disebut tauhid asma' wa shifat.
Ta'rif (definisi) dari tauhid dalam masalah asma' wa shifat itu adalah,
إفراد الله سبحانه وتعالى بما سمى الله به نفسه ووصف به نفسه في كتابه أو على لسان رسوله صلى الله عليه وسلم
"Menunggalkan atau mengesakan Allah subhaanahu wa ta'ala dengan nama-nama yang Allah telah menamakan diri Nya sendiri dengan itu, dan juga dengan sifat sifat yang Allah telah mensifatkan diri Nya sendiri dengan itu.
Sebagaimana yang Allah sebutkan sendiri di dalam kitab Nya (Al Qur'an), dan yang dikabarkan melalui lisan Rasulullah shalalloohu alaihi wa sallam"
Jadi intinya adalah, pada dasarnya Allah lah yang mengenalkan dan menjelaskan mengenai Dirinya sendiri melalui perantara wahyu dan Rasul utusan Nya.
Allah bukanlah tuhan yang didefinisikan berdasarkan kebudayaan, seni, dan filsafat logika manusia.
Maka dari itulah Islam disebut sebagai agama wahyu. Dan tidak disebut sebagai agama hasil kebudayaan, filsafat, dan hasil pemikiran seseorang.
Allah lah yang menurunkan wahyu dari langit yang tertinggi untuk mengenalkan dan menjelaskan mengenai dirinya, nama namanya, dan sifat sifatnya kepada para makhluq dan hamba Nya.
Agar makhluq Nya mengenali dirinya, namanya, dan sifat sifatnya sehingga makhluk Nya tidak salah dalam mengenali Tuhan sesembahannya. Tidak salah memberikan hak peribadahan kepada false God. Dan tidak salah dalam memahami perbuatan perbuatan rubiyah yang ada di alam semesta ini.
Inilah dasar dari agama wahyu ini dalam masalah tauhid ini.
*
Sekarang bagaimana kita memahami nama-nama dan sifat sifat Allah yang tercantum dalam wahyu dan pengkabaran Rasul Nya itu?
Yakni kita men tauhid kan nama dan sifat Nya dengan cara,
بإثبات ما أثبته من غير تحريف، ولا تعطيل، ومن غير تكييف، ولا تمثيل
"Dengan cara menetapkan apa yang telah Allah tetapkan baginya dengan tanpa merubah rubah maknanya. Dengan tidak berusaha untuk menihilkan dan meniadakan nama dan sifat itu. Dan juga dengan tidak menanyakan bagaimana hakikatnya ataupun mempermisalkannya dengan nama dan sifat makhluq".
Intinya, pokoknya kita harus beriman dan menetapkan sesuai dengan wahyu yang Allah turunkan dan hadits yang Rasulullah kabarkan mengenai nama-nama dan sifat sifat Allah.
Kita memahami makna kata yang Allah sebutkan, seperti Ar Rahiim yang artinya maha penyayang. Namun kita tidak menyamakan derajat kasih sayang Allah sama seperti derajat kasih sayang yang ada pada makhluq Nya.
Kita memahami dhohir makna nama dan sifat yang Allah sebutkan dalam mensifati diri Nya sendiri. Akan tetapi kita menyerahkan hakikatnya sesuai dengan ke maha sucian dan ketinggian Allah, yang tidak sama dengan makhluq Nya.
Demikianlah karakteristik agama wahyu itu.
*
Sekarang apa sih bedanya nama nama Allah dan sifat sifat Allah?
Bukankah nama nama Allah itu umumnya merupakan nama sifat, seperti Ar Rozzaq yang Maha memberikan rezeki, Al Hayyu yang Maha Hidup, dan yang semisal?
Ya benar, nama nama Asmaul Husna itu memang nama nama yang terbentuk dari sifat sifat Allah. Akan tetapi tidak semua sifat sifat Allah itu menjadi nama Allah.
Sampai sini semoga faham.
Jadi sifat sifat Allah itu lebih luas dan lebih banyak dibandingkan nama nama Allah. Ada sifat Allah yang kemudian menjadi nama Allah, dan ada juga yang tidak.
Sifat Allah itu juga dibagi menjadi dua :
Satu, Sifat Af'aliyah atau sifat perbuatan-perbuatan Allah. Yang mana ini terserah kepada Allah apakah Allah akan melakukan perbuatan itu ataukah tidak.
Dan yang kedua adalah sifat dzatiyah. Sifat yang selalu melekat dan ada pada Allah.
Misal, Allah memiliki sifat mengadzab dan memberikan hukuman keras kepada hamba Nya yang berbuat dosa dan kemaksiatan. Yang mana ini adalah sifat Af'aliyah Allah.
Namun apakah Allah kemudian memiliki nama "yang maha mengadzab" ? Tidak bukan?
Nah inilah maksudnya sifat sifat Allah itu lebih luas dan lebih banyak dibandingkan nama nama Allah. Ada sifat Allah yang kemudian menjadi nama Allah, dan ada juga yang tidak.
***
Jadi dari ketiga penjelasan mengenai macam macam jenis tauhid tadi, ada ulama yang kadang fokus membikin kitab dan tulisan yang menjelaskan mengenai kemaha besaran Allah. Mu'jizat ayat ayat Allah melalui pembuktian kacamata ilmu pengetahuan.
Nah ini berarti dia sedang fokus menjelaskan tauhid rububiyah Allah.
Ada juga ulama yang menulis kitab mengenai masalah kalimat tauhid laa ilaaha illallooh dan pemurnian ibadah. Bahaya syirik ibadah, bahaya jimat, sihir, dan semisal.
Ini berarti dia sedang fokus menjelaskan mengenai tauhid uluhiyah.
Dan ada juga ulama yang fokus membahas masalah cara memahami sifat sifat dan nama nama Allah, untuk membantah para sastrawan, budayawan, Sufi, dan pemuja filsafat yang seenaknya sendiri mensifati Allah sesuai dengan kecenderungan jiwa dan pikiran mereka.
Ini berarti dia sedang fokus menjelaskan mengenai tauhid asma wa shifat.
Akan tetapi sebenarnya ketiga tiganya itu saling berkorelasi, saling terintegrasi, dan merupakan kesatuan pemahaman yang tidak bisa dipisahkan.
Oleh karena itu jika kita kembali kepada definisi Tauhid umum yang paling awal tadi, kita akan bisa memahami seluruh penjelasan ini.
Sekedar rehearsal untuk mengingatkan kita lagi, maka yang namanya Tauhid itu secara umum artinya adalah :
إفراد الله سبحانه وتعالى بما يختص به
"Menunggalkan atau mengesakan Allah subhaanahu wa ta'ala, pada apa-apa yang merupakan kekhususan bagi Nya"
Sudah terasa korelasi dan kemudahan untuk memahaminya kan sekarang?
***
Sekarang bagaimana kalau ada orang yang ngomong, pembagian tauhid menjadi tiga itu mengada ada dan menyerupai trinitas?
Haha, ini sebenarnya omongan orang yang terbongkar kedok kesyirikan nya.
Pembagian jenis tauhid ini sebenarnya merupakan istiqro', hasil penelaahan para ulama terhadap berbagai dalil yang ada guna memudahkan pemahaman.
Sama seperti rukun dan syarat sholat. Rasulullah tidak pernah menjelaskan syarat sholat itu ini, rukun sholat itu ini secara terperinci. Akan tetapi melalui Istiqro ulama, para ulama menyusun syarat dan rukun sholat itu agar kita benar dan sah dalam melaksanakan sholat dengan cara penjelasan yang mudah.
Jadi ini tujuannya untuk mempermudah pemahaman saja. Mempermudah bagaimana melaksanakan konsekuensi pemahaman itu juga.
Jika antum bisa memahami tauhid secara sempurna dengan tanpa melalui penjelasan dan pembagian jenis jenis tauhid itu maka silakan. Nggak masalah.
Jadi pembagian ini itu lebih berkaitan dengan pembagian wasilah untuk memahami. Bukan pembagian haqiqot yang berbeda beda sebagaimana trinitas.
Hmm, tadi disebutkan bahwa ini adalah omongan orang yang terbongkar kedok kesyirikan nya. Bagaimana itu maksudnya?
Ya karena dengan pembagian ini, memudahkan orang untuk memahami tauhid uluhiyah dalam masalah ibadah dan kesyirikan yang terjadi pada mereka.
Akibatnya mereka merasa terpojok dengan doa, sembelihan, puasa, sholat, yang mereka berikan di makam makam keramat para wali yang jelas merupakan kesyirikan walaupun mereka mengakui tauhid rububiyah bahwa Allah yang memberi rizki, mengatur, dan semisal.
Pembagian tauhid ini juga membongkar kedok kedok khurofat mereka yang menganggap ada wali wali quthub dan semisal yang ikut menguasai alam. Yang memiliki kemampuan menghalangi orang agar tidak masuk neraka, dan semisal. Yang mana ini merupakan syirik rububiyah.
Juga membongkar kedok mereka dalam memahami sifat sifat Allah dengan wihdatul wujud mereka. Manunggaling kawulo gusti. Menyatu dengan hamba Nya dan semisal. Yang mana jelas Allah dan Rasul Nya mengabarkan bahwa dzat Allah itu tinggi di atas langit yang tertinggi. Tidak bersatu dengan makhluq Nya. Dan ber istiwa' di atas Arsy Nya.
Dan secara penghasilan, ehem, ini juga akan membuat pengikut mereka lari dan pundi pundi uang yang mereka dapatkan dari pengikut mereka yang memuja muja mereka juga hilang.
Belum lagi ritual ritual ibadah syirik memuja wali, yang ini akan menghasilkan banyak uang bagi mereka.
Yang jualan jimat nggak laku. Foto foto wali diturunkan karena tidak boleh tabaruk cari berkah. Dan seterusnya.
Tapi umumnya sih ujung ujungnya masalah ekonomi yang terganggu. UUD, duit.
***
Jadi setelah melalui penjelasan yang cukup panjang tadi.
Maka sebenarnya mudah untuk memahami tauhid itu.
Betul?

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »